Selasa, 04 Februari 2014
Contoh PTK Matematika kelas 6 SD
Contoh-contoh PTK ( Penelitian Tindakan Kelas ) mata pelajaran Matematika untuk kelas 6 siswa sekolah dasar klik penelitiantindakankelas71.blogspot.com/p/ptk-mtk.html
Contoh-contoh PTK Bahasa Indonesia SD Kelas 6
Mungkin anda membutuhkan contoh-contoh PTK, berikut ini kami berikan conto-contoh PTK khususnya untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas 6 klik tautan disini http ://penelitiantindakankelas71.blogspot.com/p/ptk-indo.html
Senin, 03 Februari 2014
Kamus EYD
LAMPIRAN
KEPUTUSAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
No. 0543a/U/1987
tentang
Penyempurnaan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan"
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN,
Membaca :
Surat Kepala Pusat Pembinaan dan Pengem- bangan Bahasa Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan tanggal 6 Desember 1986 No. 5965/F8/UI. 7/86.
Menimbang : a.
bahwa dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27
Agustus 1975 No. 0196/U/1975 telah ditetapkan peresmian berlakunya "Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dan "Pedoman Umum
Pembentukan Istitilah";
b.
bahwa sesungguhnya bahasa itu
senantiasa berubah dan berkembang sesuai dengan kehidupan masyarakat;
c.
bahwa sehubungan dengan hal tersebut
pada sub a dan b, dipandang perlu menetapkan penyempurnaan "Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan".
Mengingat :
1. Keputusan Presiden Republik Indonesia:
a.
Nomor 44 Tahun 1974;
b.
Nomor 52 Tahun 1975;
c.
Nomor 45/M Tahun 1983;
d.
Nomor 15 Tahun 1984 sebagaimana telah
diubah/ditambah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 1987;
e.
Nomor 138/M Tahun 1985;
2. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
tanggal 27 Agustus 1975 No. 0196/U/1975.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
Pertama : Menyempurnakan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan" sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 No.
0196/U/1975 menjadi sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Kedua : Hal-hal lain yang belum diatur dalam Keputusan ini
akan diatur lebih lanjut dalam ketentuan tersendiri.
Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
tanggal
9 September 1987
MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN,
ttd
Fuad Hassan
PRAKATA
Sejak
peraturan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin ditetapkan pada tahun 1901
berdasarkan rancangan Ch. A. van Ophuysen dengan bantuan Engku Nawawi gelar
Soetan Ma'moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim, penyempurnaannya telah
berkali-kali diusahakan. Pada tahun 1938, selama Kongres Bahasa Indonesia yang
pertama di Solo, misalnya, disarankan agar ejaan Indonesia lebih banyak diin-
ternasionalkan.
Pada
tahun 1947 Soewandi, Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan pada masa
itu, menetapkan dalam surat keputusannya tanggal 19 Maret 1947, No. 264/Bhg. A
bahwa perubahan ejaan bahasa Indonesia dengan maksud membuat ejaan yang berlaku
menjadi lebih sederhana. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan Ejaan
Republik. Beberapa usul yang diajukan oleh panitia menteri itu belum dapat
diterima karena masih harus ditinjau lebih jauh lagi. Namun, sebagai langkah
pertama dalam usaha penyederhanaan dan penyelarasan ejaan dengan perkembangan
bahasa, keputusan Soewandi pada masa pergolakan revolusi itu mendapat sambutan
yang baik.
Kongres
Bahasa Indonesia Kedua, yang diprakarsai Menteri Moehammad Yamin,
diselenggarakan di Medan
pada tahun 1954. Masalah ejaan timbul lagi sebagai salah satu mata acara
pertemuan itu. Kongres itu mengambil keputusan supaya ada badan yang menyusun
peraturan ejaan .praktis bagi bahasa Indonesia. Panitia yang dimaksud
(Priyono-Katoppo, Ketua) yang dibentuk oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal 19 Juli 1956, No. 44876/S,
berhasil merumuskan patokan-patokan baru pada tahun 1957 setelah bekerja selama
setahun.
Tindak
lanjut perjanjian persahabatan antara Republik Indonesia dan Persekutuan Tanah
Melayu pada tahun 1959, antara lain berupa usaha mempersamakan ejaan bahasa
kedua negara itu. Maka pada akhir tahun 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slametmuljana-Syed Nasir
bin Ismail, Ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal
dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-
Indonesia).
Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmiannya.
Sesuai
dengan laju pembangunan nasional, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang pada
tahun 1968 menjadi Lembaga Bahasa Nasional, dan akhirnya pada tahun 1975
menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, menyusun program pembakuan
bahasa Indonesia secara menyeluruh. Di dalam hubungan ini, Panitia Ejaan Bahasa
Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (A.M. Moeliono, Ketua) yang
disahkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Sarino Mangunpranoto, sejak
tahun 1966 dalam surat keputusannya tanggal 19 September 1967, No. 062/1967,
menyusun konsep yang merangkum segala usaha penyempurnaan yang terdahulu.
Konsep itu ditanggapi dan dikaji oleh kalangan luas di seluruh tanah air selama
beberapa tahun.
Atas
permintaan Ketua Gabungan V Komando Operasi Tertinggi (KOTI), rancangan
peraturan ejaan tersebut dipakai sebagai bahan oleh team Ahli Bahasa KOTI yang
dibentuk oleh Ketua Gabungan V KOTI dengan surat keputusannya tanggal 21
Februari 1967, No. 011/G-5/II/1967 (S.W. Rujiati Mulyadi, Ketua) dalam
pembicaraan mengenai ejaan dengan pihak Malaysia di Jakarta pada tahun 1966 dan
di Kuala Lumpur pada tahun 1967.
Dalam
Komunike Bersama yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Indonesia, Mashuri, dan Menteri Pelajaran Malaysia, Hussein Onn, pada tahun
1972 rancangan tersebut disetujui untuk dijadikan bahan dalam usaha bersama di
dalam pengembangan bahasa nasional kedua negara.
Setelah
rancangan itu akhirnya dilengkapi di dalam Seminar Bahasa Indonesia di Puncak
pada tahun 1972, dan diperkenalkan secara luas oleh sebuah panitia
antardepartemen (Ida Bagus Mantra, Ketua) yang ditetapkan dengan Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 20 Mei 1972, No. 03/A.I/72,
maka pada hari Proklamasi Kemerdekaan tahun itu juga diresmikanlah aturan ejaan
yang baru itu berdasarkan Keputusan Presiden, No.57, tahun 1972, dengan nama
Ejaan yang Disempurnakan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku
kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai
patokan pemakaian ejaan itu.
Karena
penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat keputusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972
(Amran Halim, Ketua), menyusun buku Pedoman Umum ini yang berupa
pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas.
Penyusunan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan ini telah dimungkinkan oleh tersedianya biaya Pelita II
yang disalurkan melalui Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan (S. W. Rujiati Mulyadi, Ketua). Pencetakan Pedoman
Umum. ini dilaksanakan oleh Proyek Penulisan dan Penerbitan Buku/Majalah
Pengetahuan dan Profesi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Subekti
Dhirdjosaputro, Ketua).
Kepada
segenap instansi, kalangan masyarakat, dan perseorangan yang telah memungkinkan
tersusunnya Pedoman Umum ini disampaikan penghargaan dan terima kasih.
Jakarta, Agustus 1975
Panitia Pengembangan Bahasa
Indonesia
Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
DEPARTEMEN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
I. PEMAKAIAN HURUF
A. Huruf Abjad
Abjad
yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut.
Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
|||
A
B
C
D
E
F
G
H
I
|
a
b
c
d
e
f
g
h
i
|
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
|
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
|
j
k
l
m
n
o
p
q
r
|
je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
|
S
T
U
V
W
X
Y
Z
|
s
t
u
v
w
x
y
z
|
es
te
u
fe
we
eks
ye
zet
|
B. Huruf Vokal
Huruf
yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o,
dan u.
Huruf Vokal |
Contoh Pemakaian dalam Kata |
||
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
|
a
e*
i
o
u
|
api
enak
emas
itu
oleh
ulang
|
padi
petak
kena
simpan
kota
bumi
|
lusa
sore
tipe
murni
radio
ibu
|
*Dalam pengajaran
lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah.
Kami menonton fi1m seri (séri).
Pertandingan itu berakhir seri.
C. Huruf Konsonan
Huruf
yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b,
c, d, f, g, h, j, k, I, m, n, p, q, 1; s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf Konsonan
|
Contoh Pemakaian dalam Kata |
||
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
|
b
c
d
f
g
h
j
k
l
m
n
p
q**
r
s
t
v
w
x**
y
z
|
bahasa
cakap
dua
fakir
guna
hari
jalan
kami
-
lekas
maka
nama
pasang
Quran
raih
sampai
tali
varia
wanita
xenon
yakin
zeni
|
sebut
kaca
ada
kafir
tiga
saham
manja
paksa
rakyat*
alas
kami
anak
apa
furqan
bara
asli
mata
lava
hawa
-
payung
lazim
|
adab
-
abad
maaf
balig
tuah
mikraj
sesak
bapak*
kesal
diam
daun
siap
-
putar
lemas
rapat
-
-
-
-
juz
|
* Huruf k di
sini melambangkan bunyi hamzah.
* * Huru q dan x digunakan khusus untuk nama dan
keperluan 1lmu.
D. Huruf Diftong
Di
dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan
oi.
Huruf Diftong
|
Contoh
Pemakaian dalam Kata
|
||
Di Awal
|
Di Tengah |
Di Akhir
|
|
ai
au
oi
|
ain
aula
-
|
syaitan
saudara
boikot
|
pandai
harimau
amboi
|
E. Gabungan Huruf Konsonan
Di
dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan
konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.
Gabungan Huruf
Konsonan
|
Contoh Pemakaian dalam Kata |
||
Di Awal
|
Di Tengah
|
Di Akhir
|
|
kh
ng
ny
sy
|
khusus
ngilu
nyata
syarat
|
akhir
bangun
hanyut
isyarat
|
tarikh
senang
-
arasy
|
F. Pemenggalan Kata***
1.
Pemenggalan kata
pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a.
Jika di tengah kata
ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal
itu. Misalnya:
ma-in, sa-at, bu-ah
Huruf
diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga
pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
Misalnya:
au-la bukan
a-u-la
sau-da-ra bukan sa-u-da-ra
am-boi bukan
am-bo-i
b.
Jika
di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan-huruf konsonan, di antara
dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
Misalnya:
ba-pak ba-rang su-lit
la-wan de-ngan
ke-nyang
mu-ta-khir
c.
Jika
di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di
antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan-huruf konsonan tidak pernah
diceraikan.
Misalnya:
man-di som-bong swas-ta
cap-lok Ap-ril bang-sa
makh-luk
d.
Jika
di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan
di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
in-stru-men ul-tra
in-fra bang-krut
ben-trok ikh-las
2.
Imbuhan
akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk
serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat
dipenggal pada pergantian baris.
Misalnya:
makan-an me-rasa-kan
mem-bantu pergi-lah
Catatan:
a.
Bentuk
dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal.
b.
Akhiran
-i tidak dipenggal. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V,
Pasal E., Ayat 1.)
c.
Pada
kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut.
Misalnya:
te-lun-juk
si-nam-bung
ge-li-gi
3.
Jika
suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara
unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah la, 1b,
1c, dan 1d di atas.
Misalnya:
bio-grafi bi-o-gra-fi
foto-grafi fo-to-gra-fi
intro-speksi in-tro-spek-si
kilo-gram ki-lo-gram
kilo-meter ki-lo-me-ter
pasca-panen pas-ca-pa-nen
Keterangan:
Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain
disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali jika ada
pertimbangan khusus.
II. PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING
A.
Huruf Kapital atau Huruf Besar
1. Huruf kapital
atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Dia mengantuk.
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja
keras.
Pekerjaan itu
belum selesai.
2.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, " Kapan kita pulang?"
Bapak menasihatkan, "Berhati-hatilah, Nak!"
"Kemarin engkau terlambat," katanya.
" Besok pagi," kata Ibu, "dia
berangkat."
3.
Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan
dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah Alkitab
Islam
Yang Mahakuasa . Quran Kristen
Yang Maha Pengasih Weda
Tuhan akan
menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya.
Bimbinglah
hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
4.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Mahaputra Yamin
Sultan Hasanudin
Haji Agus Salim
Imam Syafii
Nabi Ibrahim
5. Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang
tidak diikuti nama orang.
Misalnya:
Dia
baru saja diangkat menjadi sultan.
Tahun ini ia pergi naik haji.
6.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama
jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti
nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden
Adam Malik
Perdana Menteri
Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda
Udara Husein Sastranegara
Sekretaris Jenderal
Departemen Pertanian
Gubernur Irian
Jaya
7.
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama
orang, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Kemarin
Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.
8. Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Dewi Sartika
Wage Rudolf
Supratman
Halim
Perdanakusumah
Ampere
9. Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan
ukuran.
Misalnya:
mesin
diesel
10
volt
5
ampere
10. Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
bangsa
Indonesia
suku
Sunda
bahasa
Inggris
11.
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang
dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
mengindonesiakan
kata asing
keinggris-inggrisan
12.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan
peristiwa sejarah.
Misalnya:
bulan Agustus
hari Natal
bu1an Maulid
perang Candu
hari Galungan
tahun Hijriah
hari Jumat tarikh Masehi
hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
13.
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno
dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan
senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
14. Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama nama geografi.
Misalnya:
Asia Tenggara
Kali Brantas
Banyuwangi Lembah Baliem
Bukit Barisan Ngarai Sianok
Cirebon Pegunungan
Jayawijaya
Danau Toba
Dataran Tinggi Dieng Selat Lombok
Gunung Semeru Tanjung Harapan
Jalan Diponegoro Teluk Benggala
Jazirah Arab Terusan Suez
15.
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi
unsur nama diri.
Misalnya:
berlayar
ke teluk
mandi
di kali
menyeberangi
selat
pergi
ke arah tenggara
16.
Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan
sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam
inggris
gula
jawa
kacang
bogor
pisang
ambon
17.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya:
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan
Badan Kesejahteraan
Ibu dan Anak
Keputusan Presiden
Republik Indonesia,
Nomor 57, Tahun 1972
18.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata
yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan,
serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
menjadi sebuah republik
beberapa badan hukum
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
menurut
undang-undang yang berlaku
19.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi.
Misalnya:
Perserikatan
Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial
Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia
Rancangan
Undang-Undang Kepegawaian
20.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
u1ang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judu1 karangan, kecuali kata
seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak
pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan
Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.
la menyelesaikan makalah " Asas-Asas
Hukum Perdata".
21.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur
singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
Dr. doktor
M.A. master of arts
S.H. sarjana hukum
S.S. sarjana sastra
Prof. profesor
Tn. tuan
Ny. nyonya
Sdr. saudara
22.
Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai
dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
"Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.
Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"
Surat Saudara sudah saya terima.
"Silakan duduk, Dik!" kata Ucok.
Besok Paman akan datang.
Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.
23.
Huruf kapital tidak
dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak
dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
24. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
B. Huruf Miring
1.
Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip
dalam tulisan.
Misalnya:
majalah
Bahasa dan Kesusastraan
buku
Negarakertagama karangan Prapanca
surat kabar Suara
Karya
2.
Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf
pertama kata abad ialah a.
Dia
bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf
kapital.
Buatlah kalimat dengan berlepas tangan.
3.
Huruf miring dalam
cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali
yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Politik divide et impera pernah merajalela
di negeri ini.
Weltanschauung antara lain
diterjemahkan menjadi 'pandangan dunia'.
Tetapi:
Negara itu telah mengalami empat kali kudeta.
Catatan:
Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang
akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya.
III. PENULISAN KATA
A. Kata Dasar
Kata
yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Ibu
percaya bahwa engkau tahu.
Kantor
pajak penuh sesak.
Buku
itu sangat tebal.
B.
Kata Turunan
1.
Imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
bergeletar
dikelola
penetapan
menengok
mempermainkan
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan
kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti
atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan
tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
bertepuk
tangan garis bawahi
menganak
sungai sebar luaskan
3.
Jika
bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda
hubung, Bab V; Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
menggarisbawahi menyebarluaskan
dilipatgandakan penghancurleburan
4.
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam
kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adipati mahasiswa
aerodinamika mancanegara
antarkota multilateral
anumerta narapidana
audiogram nonkolaborasi
awahama Pancasila
bikarbonat panteisme
biokimia paripurna
caturtunggal poligami
dasawarsa pramuniaga
dekameter prasangka
demoralisasi purnawirawan
dwiwarna reinkarnasi
ekawarna saptakrida
ekstrakurikuler semiprofesional
elektroteknik subseksi
infrastruktur swadaya
inkonvensional telepon
introspeksi transmigrasi
kolonialisme
tritunggal
kosponsor utramodern
Catatan:
(1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf
awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung
(-).
Misalnya:
non-Indonesia pan-Afrikanisme
(2)
Jika
kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata
yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah.
Misalnya:
Mudah-mudahan
Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Marilah
kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
C.
Bentuk Ulang
Bentuk
ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak
gerak-gerik
biri-biri
huru-hara
buku-buku
lauk-pauk
bumiputera-bumiputera
mondar-mandir
centang-perenang
porak-poranda
hati-hati
ramah-tamah
hulubalang-hulubalang
sayur-mayur
kuda-kuda
tukar-menukar
kupu-kupu
tunggang-langgang
kura-kura
terus-menerus
laba-laba
berjalan-jalan
mata-mata
menulis-nulis
sia-sia
dibesar-besarkan
undang-undang
D.
Gabungan Kata
1.
Gabungan
kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya
ditulis terpisah.
Misalnya:
duta
besar mata
pelajaran
orang
tua simpang
empat
kambing
hitam meja
tulis
persegi
panjang kereta api
cepat luar biasa
model
linear rumah sakit
umum
2.
Gabungan
kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian,
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur
yang bersangkutan.
Misalnya:
alat pandang-dengar
buku sejarah-baru
ibu-bapak kami orang-tua
muda
anak-istri saya mesin-hitung
tangan
watt-jam
3.
Gabungan kata
berikut ditulis serangkai.
Misalnya:
acapkali manakala
adakalanya manasuka
akhirulkalam mangkubumi
alhamdulillah matahari
astagfirullah olahraga
bagaimana padahal
barangkali paramasastra
beasiswa peribahasa
belasungkawa puspawarna
bilamana radioaktif
bismillah saptamarga
bumiputra saputangan
daripada saripati
darmabakti sebagaimana
darmasiswa sediakala
darmawisata segitiga
dukacita sekalipun
halalbihalal silaturahmi
hulubalang sukacita
kacamata sukarela
kasatmata sukaria
kepada
syahbandar
keratabasa
titimangsa
kilometer
wasalam
E. Kata Ganti -ku,
kau-, -mu, dan -nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan -nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya
tersimpan di perpustakaan.
F.
Kata Depan di, ke,
dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah
lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. (Lihat
juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.)
Misalnya:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam semalam di sini.
Di mana Siti sekarang?
Mereka ada di rumah.
Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Ke mana saja ia
selama ini?
Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
Mari kita berangkat ke pasar.
Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Catatan:
Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis
serangkai.
Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad.
Kami percaya sepenuhnya kepada kakaknya.
Kesampingkan saja
persoalan yang tidak penting.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada
tanggal 11 Maret 1966.
Bawa kemari gambar itu.
Kemarikan buku itu.
Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam
kenduri itu.
G.
Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kepada si pengirim.
H. Partikel
1.
Partikel
-lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah
buku itu baik-baik.
Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia.
Apakah
yang tersirat dalam surat
itu?
Siapakah
gerangan dia?
Apatah
gunanya bersedih hati?
2.
Partikel
pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa
pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Hendak
Pulang pun sudah tak ada kendaraan.
Jangankan
dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Jika
ayah pergi, adik pun ingin pergi.
Catatan:
Kelompok
yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun,
biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan
walaupun ditulis serangkai.
Misalnya:
Adapun sebab-sebabnya
belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan
dicobanya menyelesaikan tugas itu.
Baik
Para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi.
Sekalipun
belum
memuaskan, hasil pekerjaan dapat dijadikan pegangan.
Walaupun miskin, ia selalu
gembira.
3.
Partikel per yang
berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp2.000,00 per helai.
I.
Singkatan dan Akronim
1.
Singkatan
ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a.
Singkatan
nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda
titik.
Misalnya:
A.S. Kramawijaya
Muh. Yamin
Suman Hs.
Sukanto S.A.
M.B.A. master
of business administration
M.Sc. master
of science
S.E. sarjana ekonomi
S.Kar. sarjana karawitan
S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
Bpk. Bapak
Sdr. Saudara
Kol. Kolonel
b.
Singkatan
nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama, dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf
kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI Persatuan
Guru Republik Indonesia
GBHN Garis-Garis
Besar Haluan Negara
SMTP sekolah
menengah tingkat pertama
PT perseroan terbatas
KTP kartu tanda pengenal
c.
Singkatan umum yang
terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya:
dll. dan
lain-lain
dsb. dan
sebagainya
dst. dan
seterusnya
hlm. halaman
sda. sama dengan atas
Yth. Yang terhormat
Tetapi:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian
d.
Lambang kimia,
singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda
titik.
Misalnya:
Cu kuprum
TNT trinitrotoluen
cm sentimeter
kVA kilovolt-ampere
l liter
kg kilogram
Rp rupiah
2.
Akronim
ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
a.
Akronim
nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya
dengan huruf kapital.
Misalnya:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga
Administrasi Negara
PASI Persatuan
Atletik Seluruh Indonesia
IKIP Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
SIM surat izin mengemudi
b.
Akronim
nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari
deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Misalnya:
Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Bappenas
Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional
Iwapi
Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia
Kowani
Kongres Wanita Indonesia
Sespa
Sekolah Staf Pimpinan
Administrasi
c.
Akronim
yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
pemilu pemilihan
umum
radar radio
detecting and ranging
rapim rapat
pimpinan
rudal peluru
kendali
tilang bukti
pelanggaran
Catatan:
Jika
dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut.
(1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada
kata Indonesia.
(2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan
konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
J.
Angka dan Lambang Bilangan
1.
Angka
dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI,
VII, VIII, IX, X,
L (50), C (100), D (500), M (1.000),
V (5.000), M (l.000.000)
Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang
berikut ini.
2.
Angka digunakan
untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu,
(iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas.
Misalnya:
0,5 sentimeter 1 jam 20 menit
5 kilogram pukul 15.00
4 meter persegi tahun 1928
10 liter 17 Agustus 1945
Rp5.000,00 50 dolar Amerika
US$3.50* 10 paun Inggris
$5.10* 100 yen
Y100 10 persen
2.000 rupiah 27 orang
*Tanda titik di
sini merupakan tanda desimal.
3.
Angka
lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada
alamat.
Misalnya:
Jalan
Tanah Abang I No.15
Hotel
Indonesia, Kamar 169
4.
Angka
digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin:
9
5.
Penulisan
lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a.
Bilangan
utuh
Misalnya:
dua
belas 12
dua
puluh dua 22
dua ratus dua puluh dua 222
b.
Bilangan
pecahan
Misalnya:
setengah
1/2
tiga
perempat 3/4
seperenam
belas 1/16
tiga
dua pertiga 32/3
seperseratus
1/100
satu
persen 1%
satu
permil 10/00
satu
dua persepuluh 1,2
6.
Penulisan
lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya:
Paku
Buwono X
Paku
Buwono ke-10
Paku
Buwono kesepuluh
Bab
II
Bab
ke-2
Abad
XX
Abad ke-20
Abad
kedua puluh
Tingkat
V
Tingkat
ke-5
Tingkat
kelima
7.
Penulisan lambang
bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut. (Lihat
juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.)
Misalnya:
tahun '50-an atau tahun lima puluhan
uang 5000-an atau uang
lima
ribuan
uang lima
1000-an atau uang lima seribuan
8.
Lambang
bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf
kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam
perincian dan pemaparan.
Misalnya:
Amir
menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah
memesan tiga ratus ekor ayam.
Di
antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang
tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.
Kendaraan
yang ditempah untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100
helicak, 100 bemo.
9.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat
dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima belas orang tewas
dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
15 orang tewas
dalam kecelakaan itu.
250 orang tamu
diundang Pak Darmo.
Dua ratus lima puluh orang diundang Pak Darmo.
10.
Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat
dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250
juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta
orang.
11.
Bilangan tidak
perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam
dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Misalnya:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang
pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku
dan majalah.
12.
Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf,
penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75
(sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah)
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan
ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah.
IV. PENULISAN
UNSUR SERAPAN
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur
dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing
seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam
bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.
Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, l'exploitation de
l'homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi
pengucapannya masih mengikuti cara asing.
Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar
ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat
dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu ialah
sebagai berikut.
aa (Belanda) menjadi a
paal pal
baal bal
octaaf oktaf
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
aerobe aerob
aerodinamics aerodinamika
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
haemoglobin hemoglobin
haematite hematit
ai tetap ai
trailer trailer
caisson kaison
au tetap au
audiogram audiogram
autotroph autotrof
tautomer tautomer
hydraulic hidraulik
caustic kaustik
c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
calomel kalomel
construction konstruksi
cubic kubik
coup kup
classification klasifikasi
crystal kristal
c di muka e, i, oe, dan y menjadi s
central sentral
cent sen
cybernetics sibernetika
cyrculation sirkulasi
cylinder silinder
coelom selom
cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k
accomodation akomodasi
acculturation akulturasi
acclimatization aklimatisasi
accumulation akumulasi
acclamation aklamasi
cc di muka e dan i menjadi ks
accent aksen
accesory aksesori
vaccine vaksin
cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k
saccharin sakarin
charisma karisma
cholera kolera
chromosome kromosom
technique teknik
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
echelon eselon
machine mesin
ch yang lafalnya c menjadi c
check cek
China Cina
ç (Sanskerta) menjadi s
çabda sabda
çastra sastra
e tetap e
effect efek
description deskripsi
synthesis sintesis
ea tetap ea
idealist idealis
habeas habeas
ee (Belanda) menjadi e
stratosfeer stratosfer
systeem sistem
ei tetap ei
eicosane eikosan
eidetic eidetik
einsteinium einsteinium
eo tetap eo
stereo
stereo
geometry geometri
zeolite zeolit
eu tetap eu
neutron neutron
eugenol eugenol
europium europium
f tetap f
fanatic fanatik
factor faktor
fossil fosil
gh menjadi g
sorghum sorgum
gue menjadi ge
igue ige
gigue gige
i pada awal suku kata di muka vokal, tetap i
iambus iambus
ion ion
iota iota
ie (Belanda) menjadi
i jika lafalnya i
politiek politik
riem rim
ie tetap ie jika lafalnya bukan i
variety varietas
patient pasien
effitient efisien
kh (Arab) tetap kh
khusus khusus
akhir akhir
ng tetap ng
contingent kontingen
congres kongres
linguistics
linguistik
oe (oi Yunani) menjadi e
oestrogen estrogen
oenology enologi
foetus fetus
oo (Belanda) menjadi o
komfoor kompor
provoost provos
oo (Inggris) menjadi u
cartoon kartun
proof pruf
pool pul
oo (vokal ganda) tetap oo
zoology zoologi
coordination koordinasi
ou menjadi u jika lafalnya u
gouverneur
gubernur
coupon kupon
contour kontur
ph menjadi f
phase fase
physiologi fisiologi
spectograph
spektograf
ps tetap ps
pseudo pseudo
psychiatry psikiatri
psychosomatic psikosomatik
pt tetap pt
pterosaur pterosaur
pteridology pteridologi
ptyalin ptialin
q menjadi k
aquarium akuarium
frequency frekuensi
equator ekuator
rh menjadi r
rhapsody rapsodi
rhombus rombus
rhythm ritme
rhetoric retorika
sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk
scandium skandium
scotopia skotopia
scutella skutela
sclerosis sklerosis
scriptie skripsi
sc di muka e, i, dan y menjadi s
scenography senografi
scintillation sintilasi
scyphistoma sifistoma
sch di muka vokal menjadi sk
schema skema
schizophrenia skizofrenia
scholasticism skolastisisme
t di muka i menjadi s jika lafalnya s
ratio rasio
action aksi
patient pasien
th menjadi t
theocracy teokrasi
orthography ortografi
thiopental tiopental
thrombosis trombosis
methode metode
u tetap u
unit unit
nucleolus nukleolus
structure struktur
institute institut
ua tetap ua
dualisme dualisme
aquarium akuarium
ue tetap ue
suede sued
duet duet
ui tetap ui
equinox ekuinoks
conduite konduite
uo tetap uo
fluorescein fluoresein
quorum kuorum
quota kuota
uu menjadi u
prematuur prematur
vacuum vakum
v tetap v
vitamin vitamin
television televisi
cavalry kavaleri
x pada awal kata tetap x
xanthate
xantat
xenon xenon
xylophone xilofon
x pada posisi lain menjadi ks
executive eksekutif
taxi taksi
exudation eksudasi
latex
lateks
xc di muka e dan i menjadi ks
exception eksepsi
excess ekses
excision eksisi
excitation eksitasi
xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
excavation ekskavasi
excommunication ekskomunikasi
excursive ekskursif
exclusive eksklusif
y tetap y jika lafalnya y
yakitori yakitori
yangonin yangonin
yen yen
yuan yuan
y menjadi i jika lafalnya i
yttrium itrium
dynamo dinamo
propyl propil
psychology psikologi
z tetap z
zenith zenit
zirconium zirkonium
zodiac zodiak
zygote zigot
Konsonan
ganda menjadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat membingungkan. Misalnya:
gabbro gabro
accu aki
effect efek
commission komisi
ferrum ferum
solfeggio
solfegio
tetapi:
mass massa
Catatan:
1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia
tidak perlu lagi diubah.
Misalnya:
kabar sirsak
iklan perlu
bengkel hadir
2. Sekalipun dalam
ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian
abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu diindonesiakan
menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu dipertahankan dalam
penggunaan tertentu saja seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.
Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan
tersebut di atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta
penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata
yang utuh. Kata seperti standardisasi, efektif, dan implementasi diserap
secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.
aat (Belanda) menjadi -at
advokaat advokat
plaat pelat
tractaat traktat
age menjadi -ase
percentage persentase
etalage etalase
-al, -eel (Belanda), -aal (Belanda) menjadi -al
structural, structureel
struktural
formal, formeel
formal
normal, normaal
normal
ant menjadi -an
accountant akuntan
informant informan
archy, -archie (Belanda)
menjadi -arki
anarchy,anarchie
anarki
oligarchy, oligarchie
oligarki
ary, air (Belanda) menjadi -er
complementary,complementair
komplementer
primary,
primair primer
secondary, secundair
sekunder
(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi, -si
action, actie aksi
publication,
publicatie publikasi
eel (Belanda) yang tidak ada padanannya dalam bahasa Inggris menjadi -il
materieel materiil
moreel moril
principieel
prinsipiil
ein tetap ein
casein
kasein
protein
protein
ic, -ics, -ique, -iek, -ica (nomina) menjadi -ik,
-ika
logic,
logica logika
phonetics,
phonetiek fonetik
physics, physica fisika
dialectics, dialektic dialektika
technique,techniek
teknik
-ic (nomina) menjadi -ik
electronic
elektronik
statistic
statistik
-ic, -ical, -isch (adjektiva) menjadi -is
electronic,
elektronisch elektronis
economical, economisch
ekonomis
practical,
practisch praktis
logical, logisch
logis
-ile, -iel menjadi -il
percentile,
percentiel persentil
mobile, mobiel
mobil
-ism, -isme (Belanda) menjadi -isme
modernism,
modernisme modernisme
communism, communisme
komunisme
-ist menjadi -is
publicist
publisis
egoist egois
-ive, -ief (Belanda) menjadi -if
descriptive,
descriptief deskriftif
demonstrative,
demonstratief demonstratif
-logue menjadi -log
catalogue katalog
dialogue dialog
-logy, -logie (Belanda) menjadi -logi
technology, technologie
teknologi
physiology,
physiologie fisiologi
analogy, analogie
analogi
-loog (Belanda) menjadi -log
analoog analog
epiloog epilog
-oid, -oide (Belanda) menjadi -oid
hominoid, homonoide
hominoid
anthropoid, anthropoide
antropoid
-oir(e) menjadi -oar
trottoir trotoar
repertoire
repertoar
-or, -eur (Belanda) menjadi –ur, -ir
director,
directeur direktur
inspector,
inspecteur inspektur
amateur amatir
formateur formatur
-or
tetap
-or
dictator diktator
corrector korektor
-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas
university,
universiteit universitas
quality,
kwaliteit kualitas
-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur
structure, struktuur
struktur
premature,
prematuur prematur
V. PEMAKAIAN
TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan
pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Hari ini tanggal 6 April 1973.
Marilah kita mengheningkan cipta.
Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini.
2. Tanda
titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
Misalnya:
a. IlI. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat Jenderal Agraria
1. ...
b.1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1
Gambar Tangan
1.2.2
Tabel
1.2.3
Grafik
Catatan:
Tanda
titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian atau
ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka
atau huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam,
menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4. Tanda titik
dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka
waktu. Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
5. Tanda
titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara, Welte-
vreden: Balai Poestaka.
6a. Tanda titik
dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa
itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa
yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
6b. Tanda titik tidak dipakai untuk
memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
7. Tanda titik tidak
dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala
ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kebudayaan (Bab I UUD'45)
Salah Asuhan
8. Tanda titik tidak
dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan
alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82
Jakarta
1 April 1991
Yth. Sdr. Moh. Hasan
Jalan Arif 43
Palembang
Kantor Penempatan Tenaga
Jalan Cikini 71
Jakarta
B. Tanda Koma (,)
1. Tanda
koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan
perangko.
Satu, dua, ...tiga!
2. Tanda koma
dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahu1ui oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3a.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
3b. Tanda koma tidak
dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat
itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia tahu bahwa soal itu penting.
4. Tanda koma
dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat
pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,
meskipun begitu, dan akan tetapi.
Misalnya:
...Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
...Jadi, soalnya tidak
semudah itu.
5. Tanda koma
dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari
kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan main!
Hati-hati, ya, nanti jatuh.
6. Tanda
koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
(Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.).
Misalnya:
Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
"Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena
kamu lulus."
7. Tanda
koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
Surabaya, 10 Mei 1960
Kuala Lumpur, Malaysia
8. Tanda
koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru
Bahasa Indonesia. Jilid
1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
9. Tanda koma
dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
W.J.S.
Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP
Indonesia, 1967), hlm. 4
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan
gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga.
Misalnya:
E.
Ratulangi, S.E.
Ny.
Khadijah, M.A.
11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan
atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5
m
Rp12,50
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan
tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga
pemakaian tanda pisah, Eab V, Pasal F.)
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki
yang makan sirih.
Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan,
mengikuti latihan paduan suara.
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya
tidak diapit tanda koma:
Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada
panitia.
13. Tanda koma
dapat dipakai untuk menghindari salah baca─di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan
sikap yang bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam
pembinaan dan pengembangan bahasa.
Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus.
14. Tanda koma tidak
dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru.
Misalnya:
"Di mana Saudara tinggal?" tanya Karim.
"Berdiri lurus-lurus! " perintahnya.
C. Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda
titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
2. Tanda
titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja
di dapur.
Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri
asyik mendengarkan siaran "Pilihan Pendengar" .
D. Tanda Titik Dua (:)
la.
Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi,
meja, dan lemari.
Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu:
hidup atau mati.
1b. Tanda titik dua
tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.
Misalnya:
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai jurusan konomi umum dan jurusan
ekonomi perusahaan.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan
yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
a. Ketua : Ahmad
Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
b. Tempat Sidang : Ruang 104
Tempat Acara : Bambang S.
Hari : Senin
Waktu : 09.30
3. Tanda
titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku
dalam percakapan.
Misalnya:
Ibu :
(meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir!"
Amir :
"Baik, Bu." (mengangkat kopor dan masuk)
Ibu :
"Jangan lupa. Letakkan baik-baik!"
(duduk di kursi besar)
4. Tanda
titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara
bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu
karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Tempo, I(1971), 34:7
Surah Yasin:9
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah
Studi, sudah terbit.
Tjokronegoro,
Sutomo. 1968. Tjukupkah Saudara Membina Bahasa Persatuan Kita? Djakarta: Eresco.
E. Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar
yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
|
Suku
kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal
baris
Misalnya:
|
atau
|
bukan
|
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian
kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian
baris.
Misalnya:
|
Akhiran
-i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak
berulang-ulang
kemerah-merahan
Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan
cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
4. Tanda
hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
5. Tanda hubung boleh
dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan,
dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi
dua puluh lima-ribuan (20 5000)
tanggung jawab dan kesetiakawanan-sosial
Bandingkan dengan:
be-revolusi
dua-puluh-lima-ribuan (1 2500)
6. Tanda hubung
dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, dan
(iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan
rangkap.
Misalnya:
se- Indonesia
se-Jawa Barat
hadiah ke-2
tahun 50-an
mem-PHK-kan
hari-H
sinar-X
Menteri-Sekretaris Negara
7. Tanda
hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
asing.
Misalnya:
di-smash
pen-tackle-an
F. Tanda Pisah (-)
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau
kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu─saya yakin akan
tercapai─diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi
atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian
temuan ini─evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom─telah
mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan,
tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai'.
Misalnya:
1910─1945
Tanggal
5─10 April 1970
Jakarta─Bandung
Catatan:
Dalam
pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi
sebelum dan sesudahnya.
G. Tanda Elipsis
(...)
1. Tanda elipsis
dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ...ya, marilah kita bergerak.
2. Tanda
elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
Misalnya:
Sebab-sebab kemerosotan ...akan diteliti lebih lanjut.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat,
perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan
satu untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan
hati-hati ....
H. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
2. Tanda
tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
la dilahirkan pada tahun 1683 (?)
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
I. Tanda Seru (!)
Tanda
seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah
seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak istrinya.
Merdeka!
J. Tanda Kurung ((...))
1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau
penjelasan.
Misalnya:
Bagian Perencanaan
sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
2. Tanda
kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama dan
tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus
perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
3. Tanda
kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia
menjadi kokain(a).
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci
satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi
menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
K. Tanda Kurung Siku ([...])
1. Tanda
kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah
asli.
Misalnya:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda
kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman
35-38] tidak dibicarakan) perlu dibentangkan di sini.
L. Tanda Petik ("...")
1. Tanda
petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau
bahan tertulis lain.
Misalnya:
"Saya belum siap," kata Mira, "tunggu
sebentar!”
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah
bahasa Indonesia."
2. Tanda
petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu
Masa, dari Suatu Tempat.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor
dan Nilai Prestasi di SMA " diterbitkan dalam Tempo.
Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5
buku itu.
3. Tanda
petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus.
Misalnya:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan
ralat" saja.
Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal
dengan nama "cutbrai".
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang
mengakhiri petikan langsung.
Misalnya:
Kata Tono, "Saya juga minta satu."
5. Tanda
baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik
yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung
kalimat atau bagian kalimat.
Misalnya:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si
Hitam".
Bang Komar sering disebut "pahlawan", ia
sendiri tidak tahu sebabnya.
Catatan:
Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan
tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
M. Tanda Petik Tunggal ('...')
1. Tanda petik
tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring'
tadi?"
"Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak
anakku, Ibu, 'Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Bapak
Hamdan.
2. Tanda
petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing.
(Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.)
Misalnya:
feed-back 'balikan'
N. Tanda Garis Miring
1. Tanda
garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat II/10
tahun anggaran 1985/1986
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan,
atau, atau tiap.
Misalnya:
mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp150,00/lembar
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (')
Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan
bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)
Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
1 Januari '88 ('88 = 1988)
*** Lihat Pedoman Pemenggalan Kata
pada halaman 1179-1181, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Cetakan
Pertama, Balai Pustaka, 1991
Langganan:
Postingan (Atom)