Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan atau yang sering di sebut juga dengan Olahraga pada siswa sekolah
baik dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar, Menengah maupun tingkat Atas adalah
merupakan pendidikan yang sangat penting. Sebab tanpa adanya pendidikan jasmani
/ olahraga maka siswa tidak akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, baik
itu secara fisik (jasmani) maupun jiwa (rohani). Melalui pembelajaran
pendidikan jasmani juga akan dapat meningkatkan perkembangan anak baik
kognitif, afektif maupun psikomotorik anak. Di samping itu mata pelajaran pendidikan
jasmani / olahraga baik dari jenjang pendidikan dasar, menengah maupun atas
selalu jadi mata pelajaran favorit dan selalu di tunggu-tunggu oleh siswa.
Sebagai contoh pada siswa sekolah dasar (SD) apabila jam pelajaran olah raga
seorang guru pendidikan jasmani tidak masuk atau tidak dapat mengajar karena
ada kepentingan yang tidak dapat di tinggalkan maka siswa akan meminta di hari
berikutnya. Apabila jadwalnya mata pelajaran olahraga seorang guru pendidikan jasmani
sampai di sekolah, anak-anak / siswa akan berteriak “horee pak / bu guru datang”, Itu adalah menandakan bahwa mata
pelajaran olahraga menjadi salah satu mata pelajaran favorit.
Pembelajaran merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dalam pendidikan. Pembelajaran sangat penting
keberadaannya dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan yang sebenarnya. Di
dalam suatu pembelajaran seharusnya terdapat suatu hubungan yang kreatif,
kritis, dan interaktif yang memberikan arah untuk tumbuhnya suatu kreativitas,
berfikir kritis, dan percaya diri. Dalam hal ini guru membantu menciptakan
peluang-peluang untuk terjadinya proses belajar pada diri peserta didik,
sehingga sikap profesionalitas harus tinggi agar dapat melaksanakan tugas
secara optimal.
Dalam upaya peningkatan
kualitas pembelajaran pada tingkat pendidikan dasar, maka penyajian
pembelajaran pendidikan jasmani harus di sesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan
dan perkembangan siswa di tingkat ini. Dengan program pendidikan jasmani yang
teratur, terencana, dan terbimbing diharapkan dapat dicapai seperangkat tujuan
yang meliputi pembentukan dan pembinaan bagi pertumbuhan dan perkembangan aspek
jasmani, intelektual, emosional, sosial dan moral spiritual. Mengacu pada
pentingnya proses pertumbuhan dan perkembangan anak, maka pembelajaran
pendidikan jasmani melalui pengalaman belajar yang menyenangkan merupakan salah
satu inovasi yang dapat memberikan wahana bagi anak dalam beraktivitas yang
sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Belajar melalui bermain memang bukan
merupakan hal yang baru dalam pendidikan jasmani, tetapi pengalaman belajar ini
merangsang suatu pola pemikiran yang kreatif dan inovatif bagi guru dalam
meramu proses pembelajaran agar anak merasa senang.
Pendidikan jasmani merupakan
pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani para peserta didik sebagai wahana
untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan
yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik yang
bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual,
kognitif, dan emosional. Bucher (1995:40) menyatakan bahwa pendidikan jasmani
merupakan bagian integral dari proses pendidikan umum, yang bertujuan untuk
mengembangkan jasmani, mental, emosi, dan sosial anak menjadi baik, dengan
aktivitas jasmani sebagai wahananya. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata
Pelajaran Pendidikan Jasmani (2003:1) menyatakan bahwa pendidikan jasmani
merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, yang bertujuan
untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir
kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral
melalui kegiatan aktivitas jasmani dan olahraga.
Maka dari itu pendidikan
jasmani sebagai salah satu mata pelajaran wajib di sekolah dasar, hal ini
tentunya harus mempunyai pendekatan pembelajaran yang mengacu pada
karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah dasar. Salah satu
pengalaman belajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang bisa digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah dasar adalah
pengalaman belajar bermain.
Sebelum memulai pembelajaran
seorang guru harus menentukan suatu strategi dalam mengajar, karena strategi
mengajar akan menentukan tiga hal utama, yaitu pola interaksi kegiatan belajar
mengajar, tahap pencapaian tujuan pengajaran, dan tingkat serta kadar hasil
belajar. Oleh sebab itu sudah seharusnya untuk tidak tergesa dalam menetapkan
suatu strategi mengajar yang akan digunakan. Di samping itu perlu diketahui
fungsi strategi belajar-mengajar, seperti yang dikemukakan oleh Supandi
(1992:9) sebagai berikut : merupakan kegiatan awal suatu proses belajar-mengajar,
sebagai peletak dasar kegiatan suatu proses belajar-mengajar, dan sebagai
patokan atau ukuran keberhasilan. Berdasarkan peran dan fungsi strategi
mengajar, maka untuk menetapkan perlu di persiapkan jauh sebelum pelaksanaan
pembelajaran, dengan memperhatikan faktor-faktor penentunya, yaitu :
1. Tujuan
yang hendak dicapai
2. Keadaan
dan kemampuan siswa
3. Keadaan
dan kemampuan guru
4. Lingkungan
masyarakat dan sekolah
5. Beberapa
faktor lain yang sifatnya khusus seperti materi dan media
Untuk mensiasati pembelajaran
jasmani pada siswa kelas 1 (satu) jenjang pendidikan sekolah dasar guru
dituntut untuk dapat menggunakan segala cara/mempunyai inisiatif dalam
pembelajaran. Di samping itu guru harus dapat menggunakan segala media
pembelajaran baik itu media pembelajaran yang ada di sekitar. Untuk memulai
proses pembelajaran jasmani seorang guru harus menyiapkan siswanya. Pada
umumnya guru akan sangat kesulitan dalam mengatur / menyiapkan atau membariskan
siswanya, maka dari itu sebelum siswa di bariskan guru dapat menggunakan media
kertas berwarna-warni yang dibentuk seperti
-
lingkaran
-
kotak,
-
daun-daunan
Kemudian media tersebut di susun sedemikian
rupa. Misalnya disusun untuk membariskan siswa dengan formasi tiga bersaf. Maka
guru harus menyusun media tersebut sesuai dengan jumlah siswanya dan mengatur
jarak antar media untuk lencang kanan ataupu lencang depan. Sebagai contoh
gambar berikut menggunakan media kertas dengan formasi tiga bersaf :
Guru
Keterangan :
: untuk siswa laki-laki
: untuk siswa perempuan
Setelah membuat formasi seperti gambar di
atas guru menginstruksikan kepada siswanya untuk berdiri di atas media
tersebut, untuk siswa laki-laki berdiri di atas kertas yang berbentuk
kotak-kotak, untuk siswa perempuan berdiri di atas kertas yang berbentuk
lingkaran. Maka secara otomatis siswa tersebut akan menuruti apa yang di
instruksikan oleh guru. Dengan demikian guru tidak akan mengalami kesulitan
dalam membariskan siswa dan tujuan pembelajaran akan tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar