Minggu, 02 Februari 2014

CARA EFEKTIF MEMBARISKAN SISWA SD KELAS I (SATU) UNTUK PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI Oleh : JUWARNO


Pendidikan Jasmani dan Kesehatan atau yang sering di sebut juga dengan Olahraga pada siswa sekolah baik dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar, Menengah maupun tingkat Atas adalah merupakan pendidikan yang sangat penting. Sebab tanpa adanya pendidikan jasmani / olahraga maka siswa tidak akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, baik itu secara fisik (jasmani) maupun jiwa (rohani). Melalui pembelajaran pendidikan jasmani juga akan dapat meningkatkan perkembangan anak baik kognitif, afektif maupun psikomotorik anak. Di samping itu mata pelajaran pendidikan jasmani / olahraga baik dari jenjang pendidikan dasar, menengah maupun atas selalu jadi mata pelajaran favorit dan selalu di tunggu-tunggu oleh siswa. Sebagai contoh pada siswa sekolah dasar (SD) apabila jam pelajaran olah raga seorang guru pendidikan jasmani tidak masuk atau tidak dapat mengajar karena ada kepentingan yang tidak dapat di tinggalkan maka siswa akan meminta di hari berikutnya. Apabila jadwalnya mata pelajaran olahraga seorang guru pendidikan jasmani sampai di sekolah, anak-anak / siswa akan berteriak “horee pak / bu guru datang”, Itu adalah menandakan bahwa mata pelajaran olahraga menjadi salah satu mata pelajaran favorit.
Pembelajaran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pendidikan. Pembelajaran sangat penting keberadaannya dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan yang sebenarnya. Di dalam suatu pembelajaran seharusnya terdapat suatu hubungan yang kreatif, kritis, dan interaktif yang memberikan arah untuk tumbuhnya suatu kreativitas, berfikir kritis, dan percaya diri. Dalam hal ini guru membantu menciptakan peluang-peluang untuk terjadinya proses belajar pada diri peserta didik, sehingga sikap profesionalitas harus tinggi agar dapat melaksanakan tugas secara optimal.
Dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran pada tingkat pendidikan dasar, maka penyajian pembelajaran pendidikan jasmani harus di sesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan siswa di tingkat ini. Dengan program pendidikan jasmani yang teratur, terencana, dan terbimbing diharapkan dapat dicapai seperangkat tujuan yang meliputi pembentukan dan pembinaan bagi pertumbuhan dan perkembangan aspek jasmani, intelektual, emosional, sosial dan moral spiritual. Mengacu pada pentingnya proses pertumbuhan dan perkembangan anak, maka pembelajaran pendidikan jasmani melalui pengalaman belajar yang menyenangkan merupakan salah satu inovasi yang dapat memberikan wahana bagi anak dalam beraktivitas yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Belajar melalui bermain memang bukan merupakan hal yang baru dalam pendidikan jasmani, tetapi pengalaman belajar ini merangsang suatu pola pemikiran yang kreatif dan inovatif bagi guru dalam meramu proses pembelajaran agar anak merasa senang.
Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani para peserta didik sebagai wahana untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional. Bucher (1995:40) menyatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari proses pendidikan umum, yang bertujuan untuk mengembangkan jasmani, mental, emosi, dan sosial anak menjadi baik, dengan aktivitas jasmani sebagai wahananya. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani (2003:1) menyatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan aktivitas jasmani dan olahraga.
Maka dari itu pendidikan jasmani sebagai salah satu mata pelajaran wajib di sekolah dasar, hal ini tentunya harus mempunyai pendekatan pembelajaran yang mengacu pada karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah dasar. Salah satu pengalaman belajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah dasar adalah pengalaman belajar bermain.
Sebelum memulai pembelajaran seorang guru harus menentukan suatu strategi dalam mengajar, karena strategi mengajar akan menentukan tiga hal utama, yaitu pola interaksi kegiatan belajar mengajar, tahap pencapaian tujuan pengajaran, dan tingkat serta kadar hasil belajar. Oleh sebab itu sudah seharusnya untuk tidak tergesa dalam menetapkan suatu strategi mengajar yang akan digunakan. Di samping itu perlu diketahui fungsi strategi belajar-mengajar, seperti yang dikemukakan oleh Supandi (1992:9) sebagai berikut : merupakan kegiatan awal suatu proses belajar-mengajar, sebagai peletak dasar kegiatan suatu proses belajar-mengajar, dan sebagai patokan atau ukuran keberhasilan. Berdasarkan peran dan fungsi strategi mengajar, maka untuk menetapkan perlu di persiapkan jauh sebelum pelaksanaan pembelajaran, dengan memperhatikan faktor-faktor penentunya, yaitu :
1.     Tujuan yang hendak dicapai
2.     Keadaan dan kemampuan siswa
3.     Keadaan dan kemampuan guru
4.     Lingkungan masyarakat dan sekolah
5.     Beberapa faktor lain yang sifatnya khusus seperti materi dan media
Untuk mensiasati pembelajaran jasmani pada siswa kelas 1 (satu) jenjang pendidikan sekolah dasar guru dituntut untuk dapat menggunakan segala cara/mempunyai inisiatif dalam pembelajaran. Di samping itu guru harus dapat menggunakan segala media pembelajaran baik itu media pembelajaran yang ada di sekitar. Untuk memulai proses pembelajaran jasmani seorang guru harus menyiapkan siswanya. Pada umumnya guru akan sangat kesulitan dalam mengatur / menyiapkan atau membariskan siswanya, maka dari itu sebelum siswa di bariskan guru dapat menggunakan media kertas berwarna-warni yang dibentuk seperti
-       lingkaran
-       kotak,
-       daun-daunan
Kemudian media tersebut di susun sedemikian rupa. Misalnya disusun untuk membariskan siswa dengan formasi tiga bersaf. Maka guru harus menyusun media tersebut sesuai dengan jumlah siswanya dan mengatur jarak antar media untuk lencang kanan ataupu lencang depan. Sebagai contoh gambar berikut menggunakan media kertas dengan formasi tiga bersaf :



 
                                                       Guru 


















































 








Keterangan :
: untuk siswa laki-laki
 

              : untuk siswa perempuan

Setelah membuat formasi seperti gambar di atas guru menginstruksikan kepada siswanya untuk berdiri di atas media tersebut, untuk siswa laki-laki berdiri di atas kertas yang berbentuk kotak-kotak, untuk siswa perempuan berdiri di atas kertas yang berbentuk lingkaran. Maka secara otomatis siswa tersebut akan menuruti apa yang di instruksikan oleh guru. Dengan demikian guru tidak akan mengalami kesulitan dalam membariskan siswa dan tujuan pembelajaran akan tercapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar